Tan Malaka: Perjuangan Rahasia, Demi Kemerdekaan Indonesia
(Jakarta,27/7)-Ibrahim Datuk Tan Malaka merupakan pemuda Indonesia yang lahir pada 2 Juni 1894 di Kenagarian Pandam Gandang, Suliki, Sumatera Barat dan meninggal pada 21 Februari 1949 di Kediri, Jawa Timur. Tan Malaka dijuluki sebagai Republik Indonesia karena beliau merupakan orang pertama yang mencetuskan konsep tentang negara Indonesia yang ditulis pada bukunya berjudul “Naar de Republiek”. Buku tersebut berisi tentang rancangan dari sebuah kenegaraan. Berbagai rintangan harus di hadapi untuk turut memajukan Bangsa Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Hengky Novaron Arsil Tan Malaka yang mana merupakan seorang ahli waris Datuk Tan Malaka, bahwa dalam buku Naar de Republik Tan Malaka bukan hanya ingin membebaskan Indonesia tetapi juga ingin menggabungkan kenegaraan yang ada di Asia dan di Australia.
Masa Muda Ibrahim Tan Malaka
Sejak Kecil Tan Malaka merupakan seorang anak yang cerdas, keras, memiliki pendirian yang kokoh, dan sangat pemberani karena beliau sangat suka menghadapi berbagai rintangan. Pada saat Tan Malaka bersekolah di sekolah guru Bukit Tinggi, beliau dikenal sebagai murid yang sangat pandai, mudah mengerti, hingga selalu menyampaikan argumentasi dengan tepat. Pada waktu itu, Tan Malaka diminta untuk menempuh pendidikan di negara Belanda untuk mendapatkan ijazah agar bisa menjadi kepala sekolah.
Tan Malaka selalu beranggapan bahwa setiap manusia harus bisa
merdeka walaupun di hadapkan dengan rintangan apapun. Begitu pun dengan sebuah
bangsa, beliau mengatakan bahwa bangsa pun juga harus merdeka dengan
menggunakan seluruh tenaga untuk memajukan kebudayaan bangsa itu sendiri. Pola
pikir tersebut akhirnya membuat Tan Malaka berjuang dengan berbagai macam cara
seperti tulisan, perjuangan fisik, maupun dengan membangkitkan semangat
perjuangan.
Perjuangan Tan Malaka Dalam Kemerdekaan Indonesia
Tan Malaka menciptakan berbagai macam karangan buku yang didalamnya
terdapat konsep-konsep untuk membangun sebuah negara. Salah satu buku yang
sangat popular di ciptakan oleh Tan Malaka adalah “Madilog” dimana buku
tersebut berisi tentang bagaimana cara berpikir. Buku tersebut diciptakan
dengan tujuan untuk memajukan cara berpikir suatu bangsa karena pada saat itu,
Tan Malaka melihat bahwa bangsa Indonesia masih dibawah pengaruh pikiran yang
tahayul atau tidak ada. Sehingga buku ini dicipatakan untuk mengahantarkan
rakyat dan bangsa Indonesia agar berpikir lebih idealis.
Tan Malaka mulai melakukan perjuangan fisik sejak proklamasi
kemerdekaan dicetuskan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945. Saat itu Tan
Malaka sudah menggriliya bersama dengan Jendral Sudirman dan pejuang-pejuang
lainnya untuk membuat sebuah kongres pejuang revolusioner. Namun kongres
tersebut malah membuat Tan Malaka sebagai bagian dari komunis karena dianggap
menantang usaha dan ikhtiar pemerintah untuk selalu melakukan perundingan agar
dapat mencapai kemerdekaan tanpa melakukan perjuangan fisik (perang).
Cap Komunis Pada Diri Tan Malaka
Pada saat itu, bangsa ini dikuasai oleh blok barat dan blok timur. Perbedaan dari kedua blok ini memang sangat mecolok. Blok barat memiliki pentingan imperialisme dan feodalisme sedangkan blok timur memiliki kepentingan untuk memajukan proletar rakyat kecil. Dengan dasar tersebut, Tan Malaka tertarik untuk masuk ke blok timur dengan tujuan meminta bantuan berupa dukungan dari negara-negara blok timur untuk mencapai kemerdekaan yang 100%. Keputusan Tan Malaka untuk ikut serta ke dalam blok timur juga didasari dengen keinginannya untuk memajukan seluruh rakyat Indonesia dan bukan hanya sekedar tentang kekuasaan dan lain sebagainya.
Tan Malaka seringkali berbicara pada saat kongres komunis di Rusia sehingga Beliau ditunjuk sebagai perwakilan Asia Tenggara untuk mengurus komunis di Asia Tenggara. Namun semua itu dilakukan oleh Tan Malaka hanya untuk membantu kemerdekaan Indonesia dengan dukungan dari negara-negara blok timur. Selain itu, pada saat itu juga, Tan Malaka melihat bahwa partai komunis Indonesia merupakan organisasi yang radikal, dengan begitu beliau ingin memanfaatkan organisasi tersebut untuk perjuangan bukan untuk paham komunis.
Selama masa perjuangannya Tan Malaka selalu melakukan pergerakan secara rahasia karena beliau menjadi incaran kolonialis yang akhirnya membuat ia menjadi musuh akan bangsanya sendiri karena kesalahpahaman yang terjadi. Hingga pada akhirnya, kematian Tan Malaka sangat disayangkan karena anak bangsanya sendiri. Dilakukannya eksekusi mati di Selopanggung, Kediri.
Sosok Inspiratif Tan Malaka di Kehidupan Milenial
Seperti pejalanan perjuangan yang dilakukan Tan Malaka, banyak hal yang dapat diambil pada sosok inspiratif tersebut dengan kehidupan milenial. Dari segi Pendidikan, Tan Malaka pernah mengatakan bahwa “Belajar dengan cara menghafal, Tidak memberikan keuntungan tapi justru memberikan kebodohan” meurut beliau, belajar harus dengan Analisa dan penelitian yang kemudian diterapkan di dalam kehidupan. Dari segi kehidupannya, Tan Malaka pun menjalani kehidupan yang sangat luar biasa, dimana pada saat ia masih menempuh pendidikan beliau terkena penyakit paru-paru karena ia kondisi iklim yang berganti-ganti dan ia tidak memiliki pakaian yang layak untuk disesuaikan dengan iklim yang ada di negara tersebut.
Dari segi materi, Tan Malaka tidak memiliki materi atau bahkan warisan. Ia hanya meninggalkan buku-buku dan nilai-nilai perjuangan. Dan dari kisah tersebut terlihat bahwa sebagai generasi muda harus berjuang lebih kuat untuk tetap mencapai hasil yang maksimal walaupun tanpa materi. Terlihat juga bahwa materi bukan segala -galanya untuk mencapai sesuatu. terlihat dari perjuangannya, walaupun berbagai macam rintangan ia hadapi, berbagai macam tuduhan yang terjadi, beliau tidak berupaya untuk memberontak akan hal itu. Beliau hanya memiliki satu niat untuk memperjuangkan Bangsa Indonesia, Bangsanya sendiri walaupun bergerak secara Rahasia.
Kisah pahlawan Nasional Tan Malaka ini tentu bisa menjadi gambaran
untuk para kaum milenial di masa modern ini, dimana sebagai anak penerus
bangsa, remaja perlu memahami betul bagaimana caranya kita untuk selalu
memperjuangkan bangsa kita ini dengan terus mengharumkan nama bangsa dengan
prestasi-prestasi yang ada. Selain untuk sebagai generasi di masa teknologi
yang sudah serba canggih, para remaja perlu sekali terus belajar memanfaatkan
kecanggihan teknologi untuk memajukan bangsa seperti dengan meningkatkan
literasi digital seperti apa yang sudah Tan Malaka lakukan dimasanya dulu
dimana ia selalu mengutamakan pendidikan yang pada akhirnya ia mendedikasikan
hidupnya sebagai seorang pengajar dan juga menciptakan buku-buku tentang ilmu
pengetahuan. Tan Malaka juga pernah mengatakan sebuah kalimat berbunyi
“terbentur, terbentur, terbentur, lalu terbentuk” dari kalimat tersebut dapat
dipahami bahwa generasi muda tidak boleh pantang menyerah untuk mencapai suatu
tujuan karena didalam proses tersebut akan banyak rintangan yang menghadang.
(Latifa Nadhir Annastasya)
Comments
Post a Comment